Desain Balok Kantilever
Salah satu follower @juragan_sipil di twitter menawarkan sebuah permasalahan sederhana dalam desain balok kantilever beton bertulang. Balok kantilever adalah balok yang salah satu tumpuannya adalah jepit, sementara ujung yang lain bebas. Kira-kira soalnya seperti ini:Nah, di sini saya punya 2 poin sekaligus asumsi:
- Apakah sudah termasuk berat sendiri? Kita asumsikan SUDAH. Jadi kita ngga usah hitung lagi berat sendirinya.
- Beban hidup dan mati di atas, apakah diaplikasikan di sepanjang balok? Kita asumsikan IYA. Beban dan bekerja di sepanjang balok.
- Kombinasi pembebanan tidak ditentukan. Jadi, kita asumsikan menggunakan kombinasi pembebanan sesuai ACI/SNI.
Karena baloknya kantilever, maka momen lenturnya negatif, artinya serat atas mengalami tarik, serat bawah mengalami tekan. Jadi, yang kita desain kali ini adalah tulangan tarik atau tulangan atas.
- Momen di ujung batang (tumpuan) akibat beban mati dan beban hidup.
Dengan cara yang sama, - Menghitung momen ultimit dengan Kombinasi Pembebanan,
—
<—menentukan
—
Jadi,
Tahan II. Desain Tulangan Balok
Teori dan prosedurnya bisa dibaca di sini
- , dan
- Untuk , maka
- Asumsi, jarak antara serat terluar sampai tulangan tarik adalah mmmm… 50 mm. Jadi,
- Kebutuhan tulangan,
- Tulangan minimum,
–> OK kebutuhan tulangan masih lebih besar, gunakan - Tulangan maksimum,
Atau,
–> OK, masih lebih kecil dari tulangan maksimum. - Tinggal pilih, mau pake diameter berapa.
D16, As = 201 mm2 –> jumlah yang dibutuhkan 4.39 dibulatkan ke atas menjadi 5. (5D16, As = 1005 mm2)
D19, As = 283 mm2 –> jumlah yang dibutuhkan 3.12 dibulatkan ke atas menjadi 4. (4D19, As = 1132 mm2)
D22, As = 380 mm2 –> jumlah yang dibutuhkan 2.33 dibulatkan ke atas menjadi 3. (3D22, As = 1140 mm2) - Kita akan memilih 5D16, karena itu yang paling mendekati luas tulangan yang diperlukan (883.93 mm2).
- Cek ulang kapasitas penampang. Hitung dulu tinggi blok tekan, a
- Hitung ulang
- Hitung momen nominal penampang,
- Bandingkan momen nominal penampang, harus lebih besar daripada momen ultimit.
OK kan?
Rahasia: pada step #8 di atas, kalo mau pake D19, sebenarnya kita bisa pake 3 buah D19, hasil baginya cukup dekat ke 3… yaitu 3.12. Walaupun As-nya nanti menjadi 3×283 = 849 mm2 (lebih kecil dari yg diperlukan, 883.93 mm2), tapi kalau kita teruskan ke langkah #9 sampai selesai dengan menggunakan 3D19, akan diperoleh momen nominal 73.17 kNm (masih lebih besar daripada momen ultimit)
Bukankah yang lebih penting dalam desain LRFD, tahanan nominal harus > beban/gaya ultimit.
Update:
Metode di atas adalah salah satu contoh. Masih ada metode-metode lain yang dapat digunakan, misalnya dengan persamaan kuadratik, dengan grafik, atau dengan hitungan cepat ala konsultan.
mohon dikoreksi,
semoga bermanfaat[]
Desain Balok Kantilever
Salah satu follower @juragan_sipil di twitter menawarkan sebuah permasalahan sederhana dalam desain balok kantilever beton bertulang. Balok kantilever adalah balok yang salah satu tumpuannya adalah jepit, sementara ujung yang lain bebas. Kira-kira soalnya seperti ini:Nah, di sini saya punya 2 poin sekaligus asumsi:
- Apakah sudah termasuk berat sendiri? Kita asumsikan SUDAH. Jadi kita ngga usah hitung lagi berat sendirinya.
- Beban hidup dan mati di atas, apakah diaplikasikan di sepanjang balok? Kita asumsikan IYA. Beban dan bekerja di sepanjang balok.
- Kombinasi pembebanan tidak ditentukan. Jadi, kita asumsikan menggunakan kombinasi pembebanan sesuai ACI/SNI.
Karena baloknya kantilever, maka momen lenturnya negatif, artinya serat atas mengalami tarik, serat bawah mengalami tekan. Jadi, yang kita desain kali ini adalah tulangan tarik atau tulangan atas.
- Momen di ujung batang (tumpuan) akibat beban mati dan beban hidup.
Dengan cara yang sama, - Menghitung momen ultimit dengan Kombinasi Pembebanan,
—
<—menentukan
—
Jadi,
Tahan II. Desain Tulangan Balok
Teori dan prosedurnya bisa dibaca di sini
- , dan
- Untuk , maka
- Asumsi, jarak antara serat terluar sampai tulangan tarik adalah mmmm… 50 mm. Jadi,
- Kebutuhan tulangan,
- Tulangan minimum,
–> OK kebutuhan tulangan masih lebih besar, gunakan - Tulangan maksimum,
Atau,
–> OK, masih lebih kecil dari tulangan maksimum. - Tinggal pilih, mau pake diameter berapa.
D16, As = 201 mm2 –> jumlah yang dibutuhkan 4.39 dibulatkan ke atas menjadi 5. (5D16, As = 1005 mm2)
D19, As = 283 mm2 –> jumlah yang dibutuhkan 3.12 dibulatkan ke atas menjadi 4. (4D19, As = 1132 mm2)
D22, As = 380 mm2 –> jumlah yang dibutuhkan 2.33 dibulatkan ke atas menjadi 3. (3D22, As = 1140 mm2) - Kita akan memilih 5D16, karena itu yang paling mendekati luas tulangan yang diperlukan (883.93 mm2).
- Cek ulang kapasitas penampang. Hitung dulu tinggi blok tekan, a
- Hitung ulang
- Hitung momen nominal penampang,
- Bandingkan momen nominal penampang, harus lebih besar daripada momen ultimit.
OK kan?
Rahasia: pada step #8 di atas, kalo mau pake D19, sebenarnya kita bisa pake 3 buah D19, hasil baginya cukup dekat ke 3… yaitu 3.12. Walaupun As-nya nanti menjadi 3×283 = 849 mm2 (lebih kecil dari yg diperlukan, 883.93 mm2), tapi kalau kita teruskan ke langkah #9 sampai selesai dengan menggunakan 3D19, akan diperoleh momen nominal 73.17 kNm (masih lebih besar daripada momen ultimit)
Bukankah yang lebih penting dalam desain LRFD, tahanan nominal harus > beban/gaya ultimit.
Update:
Metode di atas adalah salah satu contoh. Masih ada metode-metode lain yang dapat digunakan, misalnya dengan persamaan kuadratik, dengan grafik, atau dengan hitungan cepat ala konsultan.
mohon dikoreksi,
semoga bermanfaat[]
No comments
Post a Comment